Tantangan Menjadi Petani di Tengah Industri Ekstraktif

Penyampaian materi oleh fasilitator dalam dialog yang diadakan Himagri Unkhair. Jumat (08/11/2024). Foto: Laode Fandi Herdiansyah/LPM Aspirasi.


LPM Aspirasi-- Himpunan Mahasiswa Agribisnis (Himagri) Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, mengadakan Dialog Publik pada Jumat (08/11/2024) di areal Benteng Orange, Gamalama, Ternate Tengah.

Dialog ini mengusung tema "Peluang dan Tantangan Pertanian di Tengah Kegiatan Ekstraktif." Dalam dialog itu, mereka menghadirkan Majid Djumati, Kelompok Tani dan Mardiyani Sidayat, Wakil Dekan III Fakultas Pertanian sebagai pembicara.

Mardiyani berpendapat, persoalan industri ekstraktif saat ini adalah tata kelola dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) sudah mengatur pembagian kawasan. Bahkan dibuatkan undang - undang perlindungan lahan pertanian.

"Pada kawasan P2B tidak boleh dikasih izin untuk IUP (Izin Usaha Pertambangan) karena itu adalah kawasan pertanian," tuturnya.

Ia pun melanjutkan, harusnya, ada kompensasi yang setimpal kepada masyarakat di area pertambangan. Karena, sumber daya alam yang dimanfaatkan warga selama ratusan tahun telah dikeruk oleh industri.

Mardiyani pun menambahkan, banyak IUP yang dikeluarkan juga tidak sesuai regulasi. Akibatnya bisa merusak lingkungan dan mempengaruhi aktivitas pertanian.

Sementara itu, Majid Djumati menjelaskan, minat menjadi petani semakin minim. Khususnya dari kalangan anak muda.

"Pada 2017 - 2018, kita kelompok tani Timamo melakukan survey pada anak - anak SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengan Pertama), namun tidak ada anak - anak yang bercita-cita jadi petani," ungkapnya. 

Hadirnya industri ekstraktif membuat minat petani pada anak muda semakin minim karena lebih memilih untuk menjadi buruh tambang.

"Contohnya anak saya, dia bilang mau jadi petani tapi baru satu bulan dia so lari pigi di obi. Sampai sekarang, dia baru pulang satu kali," tambahnya.



Reporter: M. Reza Abl Alim

Editor: Susi H. Bangsa

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama