Acara puncak pegelaran festival Kehati-Mu di Fort Oranje, Kota Ternate. Minggu (10/11/2024). Foto: Rajuan Jumat/LPM Aspirasi. |
LPM Aspirasi -- Festival Keanekaragaman Hayati Maluku Utara (Kehati-MU) telah memasuki acara puncak pada Minggu (10/11/2024) di Benteng Oranje, Gamalama, Kota Ternate.
Agenda ini diselenggarakan Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia atau dikenal dengan nama Burung Indonesia yang berkolaborasi dengan Halmahera Wildlife Photography (HWP) dan Magazine Art Space.
Ada beberapa acara yang diselenggarakan, seperti pameran fotografi keanekaragaman burung di Maluku Utara, pameran organisasi pemerhati lingkungan, pameran kreasi mewarnai untuk anak-anak, cerdas cermat tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, hingga talkshow dan pemutaran film.
Festival Kehati-MU berlangsung selama lima hari, yakni sejak tanggal 5 hingga 10 November 2024.
Dalam kegiatan puncaknya, Kehati-MU dihadiri pihak Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Maluku Utara, pengurus pusat Penasihat Kemitraan Konservasi Burung Indonesia, serta beberapa komunitas yang bergerak di bidang konservasi dan satwa di Kota Ternate. Tidak hanya itu, beberapa komunitas juga datang dari luar Ternate, yaitu Halmahera dan Pulau Bacan.
“Agenda ini untuk mempromosikan pelestarian burung dan keanekaragaman hayati di Maluku Utara,” ungkap Benny Aladdin, Koordinator Burung Indonesia Wilayah Maluku.
Benny mengatakan ini merupakan acara tahunan Burung Indonesia. Festival Kehati-MU merupakan event besar dari hari Merayakan Keberagaman Burung di Indonesia (MKBI). Kegiatannya di sejumlah daerah di Indonesia. Sehingga itu ada beberapa perlombaan yang menjadi momen dalam memperkenalkan keanekaragaman burung di Maluku Utara.
Event ini, kata dia, dibuat untuk memperkenalkan ke khalayak luas kalau Maluku Utara juga menyelenggarakan festival keanekaragaman hayati.
Pemberian hadiah di acara puncak festival Kehati-MU awards, pada Minggu (10/11/2024). Foto: Rajuan Jumat/LPM Aspirasi. |
Benny bilang, selain memperkenalkan keberagaman burung, ada juga kegiatan kampanye mengenai beberapa jenis endemik burung di Maluku Utara yang sedang mengalami tren penurunan, salah satunya jenis burung Paruh Bangkok. Secara habitat sudah mulai berkurang.
“Secara endemik, paruh bengkok cuman tiga di Maluku Utara, Kaka Tua Putih, Kasturi Ternate, dan Serindit Maluku. Ketiga jenis endemik ini, berdasarkan riset dari Burung Indonesia, mulai menunjukkan tren penurunan sejak 2019 – 2020,” tandasnya.
Dewi Ayu Anindita, ketua Halmahera Wildlife Photography (HWP) menuturkan perlu ada upaya memperkenalkan burung di Maluku Utara dengan cara unik ke publik. misalnya melalui fotografi. Mengajak untuk memotret kehidupan burung yang kian hari semakin terancam habitatnya.
“Selain mengambil foto, HWP juga mencoba melakukan pendataan dan pemetaan lokasi kehidupan masing-masing habitat, agar mampu menjadi rekomendasi ke pemerintah,” ucapnya.
Salah seorang pengunjung, Hadayah Marasabessy yang juga seorang dosen mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya kegiatan ini harus terus dipelihara. Saat ini semua berbicara mengenai ekonomi, tapi lupa ekologi.
“Konservasi dan keanekaragaman hayati menjadi sangat penting untuk disuarakan setiap saat. Saat ini banyak sekali perdagangan hewan langka, begitu juga perburuannya di hutan, jelas mengancam keberadaan hewan yang dilindungi di Maluku Utara,” ucap dia.
Sementara itu, Andi Rahman, Hubungan Masyarakat (Humas) Festival Kehati-MU bilang konservasi dimaksudkan supaya setiap aktivitas pemanfaatan dari alam, sebisa mungkin untuk berkelanjutan.
“Yang saya maksud berkelanjutan itu, misalnya memastikan anak cucu (yang tadi menggambar) masih ada stok makanan atau punya stok sumber penghidupan ketika mereka sudah mulai dewasa,” lugasnya.
Ia juga menambahkan, hasil survey di beberapa desa dan kota, ada masyarakat yang cenderung suka memelihara burung dengan alasan warnanya yang cantik serta indah dipandang. Hal tersebut sudah menjadi sesuatu yang umum dan dianggap bukanlah tindakan kejahatan. Acara-acara ini juga, sebagai pesan untuk membalikkan cara pandang seperti itu.
"Teman-teman konservasi pemerhati satwa, mau sarankan atau mau ajukan coba membalik, kalau memang suka dan segala macam, coba biarkan dia bebas seperti anak-anak tadi yang menggambar," ungkapnya.
Sebagai informasi, pendataan Burung Indonesia mengemukakan kalau Maluku Utara merupakan provinsi dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.
Wilayah ini menjadi habitat penting bagi 350 jenis burung. Pulau terbesar Halmahera dihuni 252 jenis burung. 26 jenis di antaranya merupakan endemik Maluku Utara.
Namun keberlangsungan hidup burung-burung di Maluku Utara menghadapi ancaman serius mulai dari perburuan, perdagangan ilegal, hingga habitat mereka hilang akibat laju deforestasi.
Karena itu, Burung Indonesia mengajak semua pihak dapat menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati di Maluku Utara.
Reporter: Moh. Ardiansyah Talib
Editor: Susi H. Bangsa