Surat Kuburan Para Petua

Ilustrasi: pasberita.com
I. Surat Kuburan Para Petua
                   
Desahmu tidak sesubur dulu
Peradaban berangkak maju ke depan wasiatmu dilupakan
Desahmu, kau tanam dengan niat penuh cinta
Kini rapuh dicabut  manusia bertopeng kemunafikan
Mereka itu bukan sesiapa
Tapi kenapa?

Kini falsafah leluhur tinggal menjadi kuburan
Dan Desahmu tak lagi di sirami nurani
Amarahnya kering seperti tandus

"orang punya –orang punya
torang punya-torang punya"

Oh, para petua
Dali tifa, Dali moro tak lagi berdendang di keadaban
Aturan dan pendapatmu di tenggelamkan birahi kekuasaan.

Ternate,14 agustus 2018
(Taswin Arsyad)



II. Negeri Atas Nestapa

Jalan sunyi merayap ironi
Menjalar semua tentang ekonomi
Berkeluh atau berkasih
Sedang ada belajar korupsi
           
Menunggu sana-sini
Kopra ambruk di tahun ini
Rasa lawan menggebu dalam hati
Sebab pemimpin sibuk, mengikuti jalan pribadi kesana-kemari.

Rakyat tersungkur menangis sedih  dalam nurani
Ini negeri hanya cerita fiksi
Rakyat berbisik disana-sini
Pemimpin tidak mau peduli

Rencana berita dibangun layaknya negeri peri
Fakta realita mata tersisi karena semua tidak tertata rapi
maka ini negeri milik siapa?
                               
Kusuhijrah, 9 september 2019
(Taswin Arsyad)


III. Kerinduan Dalam Kepiluan

Garis waktu membawa kita memahami isi semesta
Kerinduan akan illahi menyimpan seribu penghayatan
Tidak ada yang sempurna
Melainkan tersungkur dalam sujud
Tidak ada yang bebas
Selain dalam ruang pengatnya hidup

Kau dan juga aku
Tidak mampu berpadu menjadi kesatuan,
melainkan dari ribaan Tuhan yang menjadikan
Dari cahaya hingga jiwa
mengambil bagian diruang jasad.

Sungguh dalam, yang teramat dalam, dan maha dalam
Pilu mengikat rongga tembus kolbi
Menyayat katanya sampai tertimbun
Hingga pada akhirnya kita mengatasnamakan besarnya lillahi rob
Sampai nanti tubuh tak lagi ber-ruh.
             
Kusuhijrah, 14 oktober 2019
(Taswin Arsyad)

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama