Tolak SK DO, Fahrul dan Tiga Temannya Aksi, Mogok Makan dan Tidur di Kampus

Fahrul (kiri), Arbi, Fahyudi dan Ikra melantai di tangga rektorat. Arbi tampak tertidur setelah beberapa jam mereka berdiri membentangkan poster dan meminta temui rektor (lpmkultura/Ajun)

LPMKULTURA.COM -- Wajah Fahrul tampak lesuh. Ia bersama ketiga temannya berdiri di tangga naik menuju ruang rektorat Universitas Khairun, Selasa (28/1/2020) siang tadi di lantai dua sembari membentangkan poster. 

"Saya masih ingin kuliah. Torang (kami) tidak aksi di Unkhair, tidak kasih rusak fasilitas kampus, tidak mabuk disini, tapi kenapa torang di DO?," tegas Fahrul disela-sela perdebatan mereka dengan pihak keamanan kampus sekira pukul 11.30 WIT. Saat itu, mereka coba dibubarkan, namun adu-mulut itu berhasil ditepis. Fahrul, Arbi, Ikra dan Fahyudi tetap melanjutkan aksi mendesak rektor Husen Alting menemui mereka. 

Keempatnya adalah mahasiswa Unkhair yang kena sanksi DO karena ikut aksi deklarasi kemerdekaan bangsa West Papua di 2 Desember 2019 lalu depan kampus Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

"Kami ber-4 masih ingin kuliah dan selesaikan studi di Unkhair Ternate #TolakSKD.O," 
"Sudah terlalu banyak uang orang tua kami habis karena untuk kami kuliah,"
 "Kami ber-4 korban DO," 
"Rektor Unkhair segera cabut SK DO kami ber-4,"
Cuplikan-cuplikan caption poster yang dibentangkan. 

Aksi keempatnya ini sempat cekcok dengan pihak keamanan kampus. Poster yang dipegang Ikra diremuk seorang petugas sampai kusuk. Hingga sekira beberapa jam, mereka berempat duduk dan berbaring dilantai tangga naik ke ruang rektorat lantai dua.

Arbi terbaring. Sementara Fahrul, dan kedua temannya duduk melantai tanpa sepatah-kata. Poster-poster diselaraikan dilantai. Wajah mereka murung. Pengharapan bertemu rektor membicarakan secara langsung perihal nasib studi tak gentar.

Saat awal gelar aksi bentangkan poster dan dihadang pihal kemanan kampus. Poster yang dipegang Ikra tampak diremuk satpam (lpmkultura/Ajun)

"Ini kali ke empat kami melakukan aksi, namun kami belum juga bertemu Rektor,” ujar Ikra S. Alkatiri. Ikra bilang mereka akan menduduki gedung rektorat dan akan mogok makan selama rektor Unkhair tidak mau menemui mereka.


“Kami akan duduk disini bahkan kalau memungkinkan kami akan bermalam hingga rektor mau turun untuk membicarakan nasib kami,” tambahnya.

Halima (21), salah satu mahasiswa Unkhair bersama keempat temannya siang itu punya urusan dengan bagian rektorat. Ia mahasiswa studi akhir yang tengah mengurus bebas pembayaran uang semester atau bebas SPP. 

Saat naik ke gedung rektorat, Halima dan beberapa temanya melihat Arbi dan ketiga temannya duduk dilantai tangga, ditangan mereka tergenggam poster. Halima bilang pernah dengan soal kasus DO di Unkhair, tapi tidak tahu pokok permasalahannya.

"Saya dengar. Kasihan juga," kata Halima. Setelah dijelaskan pokok perkara hingga SK nomor 1913/UN44/RT/2019 ditandatangani oleh rektor Unkhair Husen Alting yang terbit pada 12 Januari 2020, itu Halima tampak kecewa. 

Menurut dia, harusnya pihak Unkhair beri kelonggaran dan toleransi (atau semacamnya) kepada keempat mahasiswa. Dia mengumpamakan bila hal itu terjadi dan yang alami ialah pihak kampus, mungkin akan juga merasa iba.

"Torang yang lihat dong duduk, kan kasihan. Pasti ada rasa kasihan, bapikir dorang pe orang tua jauh, dari kampung kamari baru dapa DO, [kami yang lihat mereka duduk, kan kasiha. Pasti ada rasa kasihan. Berpikir orang tua mereka jauh, dari kampung ke sini baru kena DO]," jelasnya.


Selain Halima, Nurul (22) pun merasa iba. "Ya, Kasihan kan," terangnya.

Bermalam di Kampus

Hingga jelang magrib, pukul 18.50 WIT, Fahrul dan kawan-kawannya tak juga surut menuntut keadilan. Kasus yang menimpa keempat mahasiswa dari berbagai program studi ini tetap teguh bertahan. Mereka tidak makan. Hanya tampak sebotol air dan sebatang kretek.

Saat ini, sekira pukul 19.40 WIT, sejumlah teman-teman mahasiswa berdatangan menemui Fahrul dan ketiga temannya yang duduk di pelataran rektorat. Mereka kabarnya dibubarkan.  

Fahrul berjalan kencang. Ia memegang sebotol air menimum dan kertas berisi obat. Kabarnya dia sakit. Sudah beberapa kali dirujuk ke klinik. Ia di vonis sakit maag akut kronis. Memang itu sudah terjadi pada dia sejak tahun lalu. Namun, menurut beberapa keterangan temannya sakit itu kambuh lantaran terlalu kepikiran kasus DO yang menimpanya.


Sakit tak membuat Fahrul goyah. Ia bilang komitmen untuk tuntutan mereka hingga terpenuhi. Metode kali ini dengan menginap di kampus Unkhair dan berharap keesokan harinya rektor bersedia menemui mereka. "Mudah-mudahan besok rektor temui kami," harapnya. Pertemuan yang dia harapkan itu bisa berbuah dialog terbuka dengan rektor, Husen Alting perihal kasus yang tertimpa kepada mereka.

Fahrul, Arbi, Fahyudi dan Ikra duduk tepat di pelataran tangga menuju rektorat Unkhair dengan membentangkan postr malam ini (Darman/Lentera)

Saat ini juga, Fahrul sebut mereka membutuhkan solidaritas. Yang dahulu misalnya Solidaritas Perjuangan Demokras Kampus (SPDK) saat ini mulai pudar semangatnya.

"Semoga ada solidaritas mahasiswa yang membengkak malam ini. Ini panggilan solidaritas," pungkasnya sembari menerangkan tuntutan "cabut SK DO" jadi prioritas utama.

Hingga berita ini dipublikasikan pukul 20.35 WIT malam ini, Fahrul dan temam-temannya masih duduk di kampus menuntut keadilan.

Reporter: Ajun

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama