Krisis Iklim dan Dampak Terhadap Perempuan

Ilustrasi. Sumber gambar: Pngtree

LPM Aspirasi-- Iklim punya pengaruh penting di tiap sendi kehidupan. Mulai dari pertanian, transportasi, pendidikan, perhubungan, kelancaran telekomunikasi, ekonomi, pariwisata dan banyak lagi. Bahkan jika iklim berubah, kehidupan juga ikut berubah.

Saat musim penghujan misalnya, orang mulai merubah gaya hidup. Meyediakan payung jika ingin bepergian. Petani merubah drainase (pembuangan massa air baik secara alami maupun buatan dari permukaan atau bawah) untuk aliran air ke sawah agar tidak banjir dan merusak tanaman, begitupun saat musim panas tiba.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, perubahan iklim di Indonesia rata-rata per-stasiun di bulan Januari 2023 mengalami anomali negatif, (lebih rendah dari rata-rata klimatologisnya) terjadi di sebagian besar Pulau Sumatera, Pulau Maluku dan Papua. Keadaan ini menimbulkan banyak resiko bagi makhluk hidup.

Perubahan iklim umumnya terjadi karena peralihan fungsi hutan, pemanasan global, efek rumah kaca, gas buang industri, bahan bakar fosil seperti gas, minyak, dan batu bara yang menyumbang lebih dari 75% emisi gas rumah kaca.

Salah satu contohnya di daerah Maluku Utara, yang sudah sejak lama jadi primadona industri ekstraktif. Banyak tambang sudah  bercokol dan menancapkan kukunya di beberapa kabupaten. Akibatnya terjadi peralihan fungsi hutan. Hutan yang awalnya jadi wadah perkebunan dan sumber penghidupan, kini mulai ditumbuhi gedung pabrik.

Masyarakat yang awalnya petani terpaksa harus beralih jadi buruh. Ini karena mereka tidak lagi miliki lahan garapan. Kelompok yang paling rentan ialah perempuan. Karena industri ekstraktif terbatas mempekerjakan perempuan. Disisi lain perempuan jugalah yang paling mudah di keluarkan dari perusahaan.

Padahal petani perempuan punya pengaruh penting dalam perkembangan ekonomi masyarakat Maluku Utara. Mereka juga berperan penting mengelola dan memberikan perlindungan lingkungan hidup. Misalnya persoalan mitigasi dan adaptasi  seperti penjagaan dan pembersihan lingkungan dan sosialiasi.

Kuantitas petani perempuan mencapai 45-80% dari seluruh produksi pangan di negara-negara berkembang. Dengan kata lain, perempuan dapat memperbaiki tatanan ekonomi dalam sektor pertanian dan pengolahan pangan.

Tambang merenggut pertanian masyarakat lokal. Menyebabkan hilangnya sumber mata pencaharian. Biasanya masyarakat dibujuk dan dipaksa jual tanah untuk dijadikan lahan tambang kemudian diimingi pekerjaan yang layak.

Peralihan lahan pertanian dan hutan menyebabkan krisis iklim. Peralihan juga membuat kenaikan harga bahan pangan dan rempah. Akibatnya masyarakat menengah ke bawah lebih sulit untuk mendapatkan asupan yang sehat, terkhusus untuk perempuan dan anak perempuan.

Kehadiran tambang membuat laki-laki beralih profesi menjadi buruh tambang dan istrinya yang notabene sebagai petani akan meninggalkan pekerjaannya sebab ketiadaan lahan. Petani sudah tidak lagi bekerja, maka anak perempuan akan memilih untuk putus sekolah. Data Plan Internasional menuturkan terjadi peningkatan temperatur sebesar 1,5˚C akan berpengaruh terhadap kehidupan 9,8 juta anak dan kaum muda. Jika pelonjakan ini terus terjadi sampai tahun 2025, perubahan iklim akan berdampak pada 12,5 juta anak perempuan yang akan kehilangan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan.

Perubahan iklim yang berdampak pada sektor pertanian menyebabkan perempuan mencari profesi di tempat lain. Perempuan yang mencari pekerjaan dengan menempuh jarak jauh menyebabkan lebih banyak perempuan mendapat resiko kekerasan berbasis gender. Women Deliver pada tahun 2021 menunjukkan, perubahan iklim secara langsung menjadi salah satu penyebab meningkatnya kekerasan seksual, transaksi seksual, perdagangan seks.

Kenaikan jumlah pernikahan anak di usia dini juga semakin meningkat. Akibat tidak ada pilihan lain selain menikahkan anak dengan alasan meringankan beban ekonomi, atau mengurangi beban keluarga karena semakin sulit sumber penghidupan. International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyusun laporan studi terbesar dengan kasus kekerasan, ini salah satu dampak dari perubahan iklim dan degradasi lingkungan terhadap kekerasan berbasis gender.

Selain negara yang mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan perubahan iklim, salah satu perwujudannya yaitu partisipasi Indonesia adalah Paris Agreement pada tahun 2015 yang mendorong gaya hidup masyarakat menjadi ramah lingkungan, dan peningkatan efektivitas penanganan iklim secara global.  Walaupun saat ini belum sepenuhnya perempuan diberi kesempatan untuk bersuara terkhusus pada masyarakat pedesaan. Perempuan mempunyai peranan penting dalam menyuarakan krisis iklim, mendobrak streotipe gender melalui peranan dalam keseharian, pentingnya edukasi menjaga lingkungan dan mempertahankan lahan pertanian, perlindungan terhadap suara perempuan, memahami pentingnya peran masyarakat tradisional dalam menjaga tatanan ekonomi.


Penulis: Nurdafni K. Hamisi
Editor: Susi H. Bangsa

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama