Demo Tolak 2 Izin Tambang Anak Perusahaan Harita Group di Pulau Obi

Massa aksi FPRO di depan kantor Harita Group, Kelurahan Kalumata, Ternate Selatan. (24/6/2022) Foto: Darman Lasaidi/LPM Aspirasi.


LPM Aspirasi -- Belasan orang menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Cabang Harita Group, Kota Ternate, Maluku Utara pada Jumat (24/6/2022). Demonstrasi ini upaya menolak kehadiran anak perusahaan Harita Group, PT Obi Anugerah Mineral dan PT Jikodolong Mega Pertiwi di Kecamatan Obi Induk, Halmahera Selatan.

Massa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat Obi (FPRO) Maluku Utara ini menilai, kehadiran industri tambang ini makin menyengsarakan masyarakat. 

Muslim Lasima, koordinator aksi, berkata, kehadiran dua perusahaan tambang ini bakal memperparah kerusakan dan perampasan ruang hidup warga di Pulau Obi. Sebagai contoh, operasi produksi nikel untuk bahan baku baterai listrik Harita Group di Desa Kawasi. 

“Kehadiran dua perusahaan di Obi Induk ini akan makin meyengsarakan masyarakat. Hal itu karena makin rusaknya ruang hidup. Mulai dari rusaknya ekosistem laut, kerusakan hutan, sungai dan udara,” kata Muslim, kepada LPM Aspirasi.

Muslim melanjutkan, situasi itu akan menyebabkan masyarakat makin sulit mendapatkan sumber air bersih, serta berbagai masalah kesehatan macam Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA). 

“Kehadiran tambang juga akan merusak sumber kehidupan masyarakat, apalagi rata-rata matapencaharian masyarakat sebagai petani dan nelayan. Ini bisa dilihat dari luas konsesi anak cabang Harita itu,” ujar Muslim.

Poster tuntutan Front Perjuangan Rakyat Obi. (24/6/2022) Foto: Darman Lasaidi/LPM Aspirasi.


Kawasan konsesi  PT Obi Anugerah Mineral seluas 1.775,40 Ha. Sementara  PT Jikodolong Mega Pertiwi seluas 1.884.84 Ha yang meliputi lima desa: Desa Jikotamo, Desa Buton, Desa Laiwui, Desa Akegula, dan Desa Baru.

Muslim bilang, alasan masyarakat menolak karena trauma. Pernah ada perusahaan kayu yang beroperasi. Akibanya terjadi bencana banjir yang memutuskan jembatan penghubung antar desa. Aktivitas masyarakat terganggu, baik dari segi ekonomi, kesehatan bahkan pendidikan. 

"Bahkan banjir pernah menelan korban jiwa," ungkap Muslim yang juga mahasiswa asal Kepulauan Obi.

Menurut Muslim, jauh sebelum ada tambang masyarakat hidup dalam damai dan berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketika perusahaan datang justru akan menyengsarakan. 

Untuk itu, dalam aksi kali ini massa aksi mendesak:

1.  Tolak PT Obi Anugerah Mineral

2. Tolak PT Jikodolong Mega Pertiwi

3. Tolak Perencanaan Bandara di Desa Soligi

4. Cabut Seluruh IUP di Kepulauan Obi

5. Tolak Perpindahan/Relokasi Warga Desa Kawasi.

 

Reporter: Darman Lasaidi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama