Demo Selamatkan Kampung Sagea Berakhir Ricuh, 2 Massa Ditangkap dan Alami Kekerasan

 

Massa Aksi SEKA saat berada di Ditreskrimum Polda Malut pada Senin (18/9/2023) Foto: Sukriyanto Safar/LPM Aspirasi 


LPM Aspirasi -- Demonstrasi terkait pencemaran Sungai Sagea berakhir ricuh pada Senin (18/9/2023) di Kota Ternate. Aksi kali ini digelar gabungan organisasi mahasiswa dan elemen gerakan rakyat lainnya yang mengatas namakan Solidaritas Selamatkan Kampung Sagea (SEKA). Beberapa massa aksi ditangkap dan alami luka.

Aksi dimulai sekira pukul 10.00 WIT. Massa aksi melakukan long march dari Dodoku Ali, Kelurahan Soa Sio, Ternate Tengah, menuju Ditreskrimum Polda Maluku Utara (Malut) Jalan Tapak Raya II, Gamalama, hingga Rumah Dinas Gubernur Maluku Utara, Jalan Ahmad Yani, Kota Ternate.

Mereka bentangkan spanduk bertuliskan “Selamatkan Kampung Sagea: Sungai Sagea, Goa Bokimaruru, dan Daerah Pesisir dari Ancaman Tambang”. Massa mendesak pemerintah Provinsi Malut harus evaluasi lima perusahan pertambangan yang beroperasi di belakang Goa Bokimoruru, dan menuntut kepada Polda Malut, dan Penegak Hukum Lingkungan, agar segera penyelidikan terhadap pihak yang terbukti mencemarkan.

Pantauan aspirasipress.com, aksi awalnya berjalan damai. Situasi mulai berubah saat massa berada di depan Rumah Dinas Gubernur Malut, Abdul Gani Kasuba. Peserta aksi tersulut emosi, pasalnya sudah beberapa kali aksi, Gubernur tak berada di kediamannya. Pun juga tak bisa mengambil sikap tegas terhadap perusahaan tambang yang cemari Sungai Sagea.

Massa awalnya membakar ban bekas, namun pihak Kepolisian dan Satpol PP yang bertugas di lokasi berusaha memadamkan api. Sekira pukul 16.15 WIT, aksi saling dorong terjadi. Dua orang sempat ditangkap Polisi.

Poster massa aksi SEKA (18/9) Foto: Yulinar Sapsuha/LPM Aspirasi.


Massa Di Represif

M. Raizul Zikri, salah satu massa aksi yang ditangkap mengatakan awalnya mereka bermaksud membakar ban sebagai bentuk kekecewaan mereka. Namun pihak keamanan melarang, alhasil bentrokan terjadi.

“Saya ditangkap karena dianggap melempar ban ke arah petugas, padahal saya tidak melakukan itu. Video yang ada juga tidak menunjukan saya melempar ban,” ungkapnya.

Raizul bilang saat ditangkap, ia mengalami tindakan kekerasan, mulai dari pukulan hingga tendangan. Kejadian itu membuat beberapa bagian tubuhnya luka dan memar.

Salah satu massa aksi yang alami kekerasan (18/9) Foto: Sukriyanto Safar/LPM Aspirasi.


“saya dipukul dari rusuk sampai ke wajah, terdapat beberapa bagian tubuh yang terluka, di antaranya bagian perut terdapat memar dan bagian muka terdapat luka ringan,’’ terang Raizul.

Aldian Haris, Koordinator Aksi bilang Aliansi SEKA mengecam pemukulan terhadap massa aksi. Ia menilai pemukulan saat massa sudah ditangkap menunjukan buruknya pengamanan pihak kepolisian terhadap unjuk rasa.

“kami menilai tindakan pemukulan ini adalah salah satu bentuk dari buruknya pengamanan pihak kepolisian terhadap massa aksi dan cenderung tidak profesional,” ujarnya.

Reporter: Yulinar Sapsuha
Editor: Susi H Bangsa


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama