Kisah Riskiwati, Menanti Beasiswa Dengan Numpang Makan dan Sering Puasa

Riskiwati, mahasiswa Akuntansi FEB Unkhair (lpmkultura/ajun)

LPMKULTURA.COM – Beasiswa bidikimisi yang dijanjikan cair sekitar awal bulan Desember itu tak juga tampak rupanya. Tertunggak sudah hampir 4 bulan. Bagi sebagian mahasiswa yang menggantungkan hidupnya dengan beasiswa, bak terombang-ambing tak menentu. Keluh-kesah terpancar diwajah mereka. 

Setidaknya itu yang dialami Riskiwati (20), mahasiswa Jurusan Akutansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unkhair. Ia adalah salah satu dari ke 277 mahasiswa yang sedang menanti beasiswa bidikmisi untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Mereka yang ikut seleksi mandiri Unkhair harus terengah-engah. 

Wati, sapaan akrab mahasiswa semester 7 itu sempat legah sewaktu membaca komentar Kasubag Kemahasiswaan Unkhair, Haris Idrus di koran Malut Post, Senin (25/11/19) lalu. 

“Tidak sampai bulan Desember, tidak biasanya terlambat sampai seperti ini,” ujar Haris dikoran yang terbit, Selasa (26/11/19) itu.

Namun janji tinggallah janji. Ia serupa air pantai yang pasang dan surut tiada henti. Wati harus menelan pekatnya bualan itu dengan menunggak bayar kost. Ia yang saat ini hidup di Ternate tanpa sanak-saudara itu menyerahkan nasib hidupnya diterpa ancaman: diusir dari kost dan harus puasa makanan.

Melihat rekan-rekan mahasiswa FEB Unkhair yang menggelar aksi menangih janji pencairan itu, ia merengsek masuk dibarisan. Raut wajahnya tampak geram. 

Tekad untuk menuntut birokrasi kampus tak bisa dicegat. Ia maju kedepan, mengambil pengeras suara sesaat dipanggil untuk menyampaikan orasi didepan FEB Unkhair, Senin (9/12/19) pagi tadi. 

Tangannya terkepal cukup kencang. Pengeras suara itu menjadi corong untuk ia bersuara “kami disini menuntut agar beasiswa bidikmisi harus jelas,” koarnya.

Bersama puluhan rekan mahasiswa lainnya yang membentangkan spanduk menuju rektorat Unkhair, ia gegap gempita. Rekan mahasiswa yang berorasi didepan rektorat itu langsung disambangi Warek III Kemahasiswaan, Syawal Abdul Ajid.

Baca juga: IPK Merosot, 43 Mahasiswa Unkhair Dicabut Beasiswanya

Pengeras suara yang mereka gunakan langsung dirampas beliau, dan dibantingnya. Keterangannya pengeras suara itu rusak, namun sudah diminta untuk diganti.

Tak berselang lama,  Warek III mengajak rekan mahasiswa bersama Wati melakukan hearing diruang Senat. Diruang Senat Unkhair itu, itu pun belum mebuahkan hasil.

Syawal berjanji, pasca dia dan Haris balik dari Jakarta menemui Kemenristekdikti dan Kemendibud baru ada kepastian. Abdulajid berjanji akan mendesak pihak terkait untuk segera mencairkan beasiswa.

Abdulajid akui, bila keterlambatan itu merupakan ada pergantian sistem diantara Kemenristekdikti dan Kemendikbud di pusat.

“kita berharap sabar saja, kenapa? Karena pengalaman kita, tidak ada atau tidak pernah mahasiswa yang sudah kita usulkan menerima bidikmisi tidak menerima bidikmisinya,” terang Syawal diruang Senat saat hering itu.

**

Menjadi seorang yatim dan jauh dari sanak saudara tak membuat ia putus asa. Sejak tak jelas asal muasal cair tidaknya beasiswa, dan tak punya pegangan uang sama sekali, ia harus beranikan diri numpang makan di kost temannya.

Baca juga: Prodi Kehutanan Hadirkan Stakeholder Bahas Pengelolaan Hutan di Malut

“Kalau nebeng (numpang makan, red) teman saya bisa tapi, kalau satu-dua kali bisa,” terang mahasiswi asal Sulawesi Tengah, Palu itu.

Beasiswa bidikmisi bagi dia adalah jantung hidupnya (selain dari keluarga). Tak ada yang bisa ia ulurkan tangannya di kota budaya ini. 

“Jadi yang membuat resa bagi mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi, karena bidikmisi merupakan poros kami, biaya hidup kami, jadi ketika ada keterlambatan kami juga merasa resah,” akunya gelisah.

Ia indekost disalah satu kos-kosan di Kelurahan Gambesi, Kota Ternate Selatan. Tidak jauh dari kampus. Tiap harinya, ia begelut dengan tugas dan ke kampus berjalan kaki bersama teman-temannya.

Saat ini, sudah memasuki tiga bulan belum juga bayar kost. Pemilik kost terus bertanya-tanya “kapan bayar”, ia hanya diam menunduk, menghela nafas panjang.

Baca juga:  Mahasiswa FEB Unkhair Demo, Tagih Janji Pencairan Bidikmisi

Beasiswa yang tiap semester ia dapatkan itu, ia gunakan semaksimal mungkin untuk bisa bertahan hingga tiba dicairkan lagi. Bagi dia, jumlah uang Rp.4.200.000.00 itu terbilang cukup. 

“Saat ini belum cair, ya, kami bagimana begitu,” ceritanya

“Biaya hidup bergantung disitu, saya juga sudah yatim, jadi sangat bergantung pada bidikmisi itu sendiri,” akunya sekali lagi 

Saat jelaskan itu, ia tampaknya teringat sosok ayahnya. Itu pula yang buat ia tetap bertahan hidup demi membahagiaan keluarganya di kampung.

Ia berharap sangat agar beasiswa itu dicairkan sebelum awal tahun 2020 mendatang.[]

Penulis: Ajun

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama