Literasi Jalanan Dipelataran Kampus Minim Pembaca

Lapak baca gratis dan jual buku dipelataran Fakultas Pertanian Unkhair  oleh Rudhy. (LPMKultura/Ajun)

"Saya sudah beberapa kali lapak disini, tapi tidak ada yang duduk membaca"

LPMKULTURA.COM - Hari masih pagi ketika mahasiswa dari berbagai jurusan terlihat duduk di pelataran Fakultas Pertanian Universitas Khairun. Celoleh mereka bersahutan, membahas tugas kampus hingga studi akhir. 

Berselang beberapa saat, dua orang mahasiswa berbonceng dengan motor datang menghampiri sembari membawa kardus berisi sejumlah buku. Ditangan kiri temannya memegang termus air panas, terisi kopi. Saya menghampiri, membantu menyusun buku-buku dipelataran itu. 

Rudhy Amir, pelapak itu mulai mensejajarkan buku-bukunya. Senyum diwajahnya melebar, ia munyuguhkan kopi hitam dan menghisap sebatang kretek. Hingga sekitar 1 jam, lapak baca dan jualan buku itu sepi pengunjung. 

"Disini peminat bacanya minim," bisik Rudhy kepada saya. "Saya sudah beberapa kali lapak disini, tapi tidak ada yang duduk membaca". Sontak saya mendengarnya. Walau demikian, memang tak bisa disangkalkan. Sadar literasi di kampus memang minim, masih perlu untuk menggalakkan lagi.

Saya kemudian duduk disampingnya, mata saya tertuju pada buku Paulo Freire, "Pendidikan Kaum Tertindas". Saya pikir buku tersebut cukup relevan dalam situasi pendidikan kita. Alih-alih mendidik, pendidikan kita orientasinya lebih "gaya Bank" ketimbang membangun kesadaran kritis. Itulah pandangan Freire. Dimana, hanya orang yang berpunyalah yang bisa mengenyam pendidikan, sementara yang miskin tak bisa berbuat apa-apa.  

Freire mengritik secara gamblang sistem pendidikan kita. Selain orientasinya yang kapitalistik, peserta didik [murid] juga dipaksa mengikuti apa yang disampaikan pendidik [guru/dosen]. 

Situasi semacam itu, kata Freire, adalah bagian dari penindasan. Peserta didik harusnya lebih bebas - tidak ditekan dan tidak selalu mengikuti kemauan pendidik. Pendidik bukanlah pemegang otoritas. Peserta harus lebih bebas memilih bahan bacaan apa saja yang ingin dia baca, bukan yang diinginkan oleh pendidik.

Bagi Freire, ilmu pengetahuan harus jadi objek, sementara peserta dan pendidik adalah subjek yang mempelajari objek. Itu yang harus dilakukan.

Literasi dan Masa Depan

Dari Freire, kita belajar banyak. Mulai dari melihat realitas situasi pendidikan yang kian merosot tajam kebawa, privatisasi pendidikan, hingga kebebasan membaca dan mempelajari buku.

Rudhy adalah salah satu aktivis gerakan sosial yang juga pegiat literasi. Gerakan literasi telah ia lakukan sejak 2 tahun lalu. Ia menerobos dari kampus ke kampus. Bagi dia, membaca itu menjadikan diri kita sebagai manusia seutuhnya dan tidak terombang-ambing oleh realitas.

Gerakan membaca dan menulis adalah terobosan yang patut diapresiasi demi membangun peradaban bangsa dan generasi muda. Membaca harus menjadi pola hidup manusia.

Bung Karno dalam pidatonya di Universitas Gadjah Mada (UGM), 19 September 1951. Kala itu, Bung Karno mengatakan, membaca adalah dasar dari kehidupan, yang terpenting tetaplah penerapannya.

"Bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan untuk mengabdi kepada praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau praktik hidupnya dunia kemanusiaan." ucap Bung Karno kala itu.

Semangat Bung Karno dalam menerapkan budaya literasi nampaknya tidak terwariskan dengan baik kepada generasi masa kini. Aspek literasi bung Karno memiliki sumbangsi yang cukup besar dalam mengantarkan rakyat Indonesia untuk lepas dari penjajahan dan buta huruf.

Sejak muda, Bung Karno mengelaborasi bacaan-bacaannya dengan realitas hidup. Ia merekam berbagai elaborasi tersebut ke dalam berbagai tulisan dan karya-karyanya yang hidup membumi dengan realitas.

Bagi Bung Karno, literasi bukan sekedar literasi, tapi literasi untuk perubahan. Literasi menggerakkan realitas sehingga merelitaskan cita-cita luhur dalam pembangunan peradaban manusia.

Generasi kita patut belajar, menjadikan buku sebagai alat tangguh merubah realitas yang menyakitkan dan menindas, ke arah yang diimpikan banyak orang: adil dan beradab.

Penulis: Ajun

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama