FPUD Serukan Penegakan HAM dan Hentikan Kriminalisasi Masyarakat Adat

Massa aksi saat melakukan orasi di depan Pasar Barito, Kelurahan Gamalama, Kota Ternate. Foto: Sukriyanto Safar/LPM Aspirasi.


LPM Aspirasi-- Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Front Perjuangan untuk Demokrasi (FPUD) mengelar aksi memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional pada Rabu, (10/12/2025) di depan Pasar Barito, Kelurahan Gamalama, Kota Ternate. 

Aksi ini dimulai sekitar pukul 14.00 WIT dan melakukan long march dari Pasar Barito sampai Land Mark. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Tegakkan Hak Asasi Manusia dan Bubarkan Pemerintah Borjuis.”  

Massa menilai bahwa akhir-akhir ini kasus pelanggaran HAM terus meningkat baik secara Internasional maupun secara Nasional.

Risal, koordinator aksi mengatakan bahwa kasus pelanggaran HAM di Indonesia makin marak terjadi mulai dari rana sipil hingga masyarakat adat. 

“Misalnya kasus 11 masyarakat Maba Sangaji yang dipidana penjara, padahal mereka memperjuangkan hak untuk lingkungan hidup yang sehat," ungkapnya. 

Dia bilang, kasus pelanggaran HAM tidak pernah diselesaikan oleh pemerintah bahkan malah menambah eskalasi konflik pelanggaran HAM dengan mobilisasi militer.

“Seperti kasus di Papua, genosida 1965, penangkapan dan penghilangan aktivis pada masa Soeharto, pemukul aktivis dibeberapa waktu lalu hingga perampasan ruang hidup di Indonesia," terang dia.

Sejalan dengan itu, Junet, seorang Massa aksi mengatakan bahwa di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran eskalasi pelanggaran HAM akan semakin meningkat. 

“Pemerintahan kali merupakan sisa-sisa militer orde baru yang naik, maka, cara-cara memerintah dan penyelesaian masalah apapun akan mengunakan pendekatan militer dan ini akan menambah konflik pelanggaran HAM," jelas Junet.

Dia bilang, pendekatan militer dalam hal apapun merupakan dalil yang dibuat-buat oleh pemerintah dalam mengamankan modal di wilayah-wilayah tertentu. 

“Misalnya penempatan militer di tanah Papua bukan mengamankan modal malah melindungi kepentingan modal."

Tidak hanya itu, Sahil Abubakar, masyarakat adat Maba Sangaji yang pernah menjadi korban pelanggaran HAM, turut hadir dalam peringatan hari HAM mengatakan kasus pelanggaran HAM juga terjadi dalam rana pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang berakibat pada perampasan ruang hidup. 

“Di Maluku Utara (Malut) misalnya, selama berapa tahun terakhir kasus pelanggaran HAM terus terjadi, seperti kami yang menjadi korban kekerasan negara karena perjuangan ruang hidup," keluh Sahil.

Menurut Sahil, negara dalam menjalankan bisnis selalu melakukan pelanggaran HAM karena mengamankan bisnis mereka dan ini terus berulang kali terjadi.

“Negara selalu menggunakan kebijakan politik untuk kepentingan lain yang menambah pelanggaran HAM."


Reporter: Sukriyanto Safar

Editor: Susi H. Bangsa

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama