Dibalik Kericuhan Demo 18 April: Sound System Rusak Hingga Mahasiswa Galang Dana Ganti

Demo turunkan harga bahan bakar minyak (BBM) di Ternate pada 18 April 2022 berakhir ricuh. Foto: Ningsi Umasangadji/LPM Aspirasi

LPM Aspirasi—Nuralfin Gunsalis telihat tegang tapi harus mengendarai mobil pikap dengan perlahan. Warga Kelurahan Jambula, Ternate Pulau itu, ingin mengamankan mobil komando dari kericuhan, tapi jalanan ditutupi massa aksi yang lari berhampuran di kejar aparat. Hari itu, Senin 18 April, waktu sudah sore, polisi mengerahkan ratusan polisi dan alat pengurai massa.

Dari tayangan video yang beredar, polisi secara brutal mengejar dan memukul massa aksi yang tergabung dalam Komite Mahasiswa Bersatu (KMB), di depan kantor Walikota Ternate, dalam unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), pada Senin (18/4/2022).

Gas air mata dan water canon disemprotkan, pikap yang memuat sound system juga jadi sasaran. Airnya menerjang alat elektronik di atas pikap itu. Imbasnya, terjadi kosleting karena soundsystem dalam keadaan menyala.

"Saat mau amankan mobil dan sound system dari water cannon, polisi keburu datang mematikan mobil dan mengambil kunci. Saya ditarik keluar dan dipukul, adik saya juga di tarik," kata Nuralfin.

Alfin—biasa dia disapa, juga ditangkap polisi dan tahan semalam di Polres Kota Ternate bersama 21 orang lainnya. Pada hari Selasa sudah dibebaskan. Pikap yang ia kendarai juga dibawa ke Polres. Alasannya, dia ditahan karena membantu mahasiswa. Namun Alfin bergemih, mobil pikapnya biasa digunakan untuk mencari nafkah. Sering disewakan untuk mengangkut barang.

“Saya sudah bilang ke mereka kalau mobil ini dipakai untuk mencari nafkah, jadi siapa saja yang mau pakai silahkan karena memang untuk itu, cuman saya tetap di bawah,” keluhnya.

Setelah dibebaskan, Alfin kemudian datang ke Polres mengambil pikap dan sound system. Namun, polisi justu berkata kalau mobilnya baru akan dikeluarkan satu atau dua bulan lagi dengan alasan serupa, kenang Alfin.

Setelah dapat bantuan hukum, mobil beserta perangkat aksi turut serta dikembalikan. Pada hari Rabu, 20 April lalu itu, perangkat lunak di sound system alami kerusakan setelah dicek.

Tim redaksi LPM Aspirasi bertemu Fahri Robo, Kepala Pemuda Kelurahan Jambula. Ia juga penanggung jawab sound system. Ia memastikan kalau pelaratan sound system pemuda rusak total. Rician yang rusak; wireless, power, speaker canon, dan toa 25 inch.

“Saya sudah cek, alat banyak yang rusak. Hampir semua alami kerusakan, speaker saja hancur tuh,” kata Fahri sambil menunjuk alat-alatnya, Rabu lalu.

Sound system milik Ketua Pemuda Jambula, Fahri Robo, tampak rusak dan tak bisa diperbaiki. Foto: Dok KMB Malut

Fahri bilang kalau mau beli baru ditaksir belasan juta. Namun kalau untuk diperbaiki, ia belum bisa pastikan harga sehingga perlu untuk dimasukan ke tukang service.

“Belum tahu harganya kalau mau perbaiki, makanya harus bawah ke service biar dideteksi kerusakannya dan dari situ baru bisa dikalkulasi jumlah harga barang yang rusak,” ungkapnya.

Komite aksi mahasiswa yang bertanggungjawab atas kerusakan itu, kemudian menggalang dana solidaritas. Mereka inisiatif bangun posko di depan Pasar Barito, Gamalama, Ternate Tengah. Posko ini sebagai langkah cepat mengganti kerusakan pada sound system milik pemuda Jambula. Mereka juga menyebarkan poster donasi di media sosial.

Abdul Muhid Bayan, koordinator galang dana mengungkapkan, komite punya tanggung jawab juga untuk mengganti alat yang rusak. Namun kalau ganti sekalian mereka tidak mampu, makanya melakukan penggalangan dana.

"Sejauh ini masyarakat banyak yang bersolidaritas menyumbangkan uangnya untuk membantu kami," tandas Muhid.

Selama empat hari galang dana, uang yang sudah dikumpulkan mencapai Rp. 17.257.000. Muhid dan teman-temannya berterima kasih kepada semua masyarakat yang menyumbangkan uang, baik langsung, maupun yang mengirim via rekening.

"Hari ini terakhir galang dana, dan alhamdulillah sudah mencukupi, sebagaimana yang diminta pemilik sound system," ungkap Muhid.

Muhdi merinci harga barang yg harus mereka bayar. Sound system dan power sebesar Rp 11.000.000, wireles Rp 2.300.000, speaker canon 2 buah Rp 2.500.000, dan toa 25 inch Rp 1.000.000.

Hasil galang dana pada hari pertama berhasil mereka kumpulkan sebesar Rp 5.200.000. Hari kedua Rp 4.050.000. Hari ketiga sebesar Rp 14.420.000. Sementara hari ke empat  Rp 2.387.000 dan sumbangan melalui rekening Rp 600.000.

Muhdi bilang, yang harus dibayar ke pemilik sound system sebesar Rp 16. 800.000. Kalau tambah mobil totalnya Rp 17.300.000. Sekarang sudah terkumpul Rp 17.407.000.

"Setelah ini mau kumpul teman-teman dan obrolkan dulu, kita evaluasi semua karena katanya masih ada yang mau nyumbang juga. Setelah itu baru kita bayar sewa mobil, dan sound system yang rusak ke pemiliknya," ujarnya.

Sementara itu, saat Alfin dan mahasiswa,yang ditangkap bebas, pihak kepolisian memberikan uang taliasih pada Selasa (19/4/2022). Seperti poster yang beredar, polisi mengklaim memberikan taliasih perbaikan sound system dan mengembalikan kendaraan kepada mahasiswa.

Dikutip dari CermatIpda Wahyudin, Kepala Seksi Humas Polres Ternate mengatakan uang itu sebagai taliasih dari Kapolres Ternate untuk perbaikan sound system.

"Jadi bukan ganti rugi. Itu sebagai bentuk perhatian Kapolres Ternate, AKBP Andik Purnomo Sigit," terangnya.

Nurul Mulyani, anggota Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Malut mengatakan, bantuan tersebut setelah mahasiswa yang ditahan bernegosiasi dengan Kapolres. Ia tidak tahu persis nominalnya berapa.

"Jadi langsung diserahkan ke mahasiswa dan selanjutnya ke sopir. Saat itu sopir tunggu di luar," jelasnya. langsung diserahkan kepada mahasiswa dan sopir yang tunggu di luar.

Alfin, saat ditemui ketika mau mengambil pikap-nya bilang, uang yang dalam amplop yang diberikan kepolisian berjumlah satu juta rupiah.

"Polisi kasih satu juta rupiah, tapi itu kurang kalau mau beli baru atau perbaiki sound system," ungkap Alfin saat ditemui pada (19/4/2022)

 

Reporter: Darman dan Rahmat

Editor: Susi H. Bangsa

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama